PERHITUNGAN WAKTU MENURUT AL QURAN

Kali ini kita mencoba untuk menjabarkan tentang perhitungan waktu (hari, bulan dan tahun) menurut petunjuk dalam Al Quran.

Sebagaimana yang tertulis di dalam Al Quran, patokan perhitungan hari, bulan dan tahun ditandai oleh peredaran Matahari dan Bulan dalam garis edarnya, sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran Surat Yunus ayat 5 dan 6.

Allah SWT berfirman :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5) إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (6) 

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran­Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.

Allah subhanahu wa ta'ala menerangkan tentang apa yang telah diciptakan-Nya, hal itu merupakan tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran kemampuan-Nya. Dia telah menjadikan sinar yang timbul dari matahari sebagai penerangan dan menjadikan bulan bercahaya. Yang ini berbeda dengan yang itu, agar di antara keduanya tidak ada keserupaan.

Dia pun telah menetapkan manzilah-manzilah untuk bulan bagi peredarannya. Pada mulanya ia kelihatan kecil, lalu bertambah besar cahaya dan bentuknya hingga menjadi bulan penuh pada malam purnama. Setelah itu mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga kembali kepada keadaannya semula pada akhir bulan. Hal ini diungkapkan pula oleh ayat lain melalui firman-Nya:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 39-40)

وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An'am: 96), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam ayat ini yang mengatakan:

وَقَدَّرَهُ

dan Dia telah menetapkan baginya. (Yunus: 5) 

Yakni bagi bulan.

وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ

manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (Yunus: 5)

Dengan matahari dapat diketahui hari-hari, sedangkan dengan perjalanan bulan dapat diketahui bilangan bulan dan tahun.

مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ

Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. (Yunus: 5)

Artinya, Allah tidak menciptakan hal itu dengan sia-sia melainkan Dia mempunyai kebijaksanaan yang besar dalam penciptaan-Nya itu, juga mengandung hujah yang jelas, seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27)

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116)

Adapun Fakta alam tentang Bulan dan Matahari sebagai perhitungan hari, bulan dan tahun sudah tentu sejalan beriringan dengan dalil-dalil dalam Al Quran tersebut.

Akan tetapi ada hal yang sangat merisaukan dan kurang tepat dalam hal penentuan Sistem Penanggalan Syamsiyah (berdasarkan peredaran Matahari).

Kesepakatan secara Internasional, pergantian hari dalam sistem Syamsiyah berada pada pukul 00.00 am (jam 24.00). Itu artinya Tidak Ada Patokan Matahari yang digunakan dalam perhitungan Waktu.

Hal ini berbeda dengan Sistem Penanggalan Qomariyah (berdasarkan peredaran Bulan) yang ternyata tidak diberlakukan secara Internasional.

Perpindahan bulan dalam Sistem Penanggalan Qomariyah ditandai dengan penampakan Fase Bulan Pertama (Hilal) yang ada di ufuk barat pada waktu Matahari terbenam (Sunset).

Penampakan Hilal


Tentu saja Fakta Alam tersebut sudah sangat sesuai dengan ketentuan perhitungan waktu sesuai petunjuk dalam Al Quran.

Sedangkan Sistem Penanggalan Syamsiyah sangat bertolak belakang dengan petunjuk dalam Al Quran, karena faktanya tidak menggunakan peredaran Matahari sebagai patokan pergantian harinya.

Secara logika Berfikir kritis, pergantian hari dengan patokan Matahari akan menjadi lebih tepat jika berada pada saat Matahari terbenam (Sunset). Hal itu berhubungan juga dengan pergantian Bulan yang terjadi pada saat yang sama. 

Menjelang Sunset

Dengan begitu korelasi perhitungan waktu (hari, bulan dan tahun)  antara Sistem Syamsiyah dengan Sistem Qomaiyah akan lebih masuk akal dan logika manusia yang mau berfikir.

Sebagai salah satu contoh adalah Pengumuman Resmi Kementerian Agama Republik Indonesia tentang Pemerintah Tetapkan Awal Ramadan 1441H Jatuh pada 24 April 2020

Sebenarnya yang dimaksud oleh Bapak Menteri Agama adalah tanggal 24 April 2020 waktu Shubuh masuk awal dimulainya ibadah puasa Ramadhan,.

Sedangkan penulisan peryataan resmi tersebut adalah tentang awal Ramadhan, atau dengan kata lain masuknya tanggal 1 Ramadhan 1441 H.

Kenapa hal tersebut menjadi rancu?

Tentu saja jawaban terletak pada perpindahan hari dalam Sistem Syamsiyah Salah Besar.

Atau jika menggunakan konversi sistem Qomariyah dan Syamsiyah yang berlaku sekarang, seharusnya pengumuman resmi tersebut sebagai berikut :

"Tanggal 1 Ramadhan 1441 H, jatuh pada tanggal 23 April 2020 waktu Maghrib."

Jika kerancuan semacam itu terus dibiasakan, tidak menutup kemungkinan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang sistem Qomariyah dan Syamsiyah hanya sebatas pada perbedaan tanggal saja, padahal konsepnya sangat berbeda.


❤❤❤Wallahualam Bishawab❤❤❤

Komentar