PERISTIWA HUJAN MENURUT AL QURAN

Sebuah kajian alam tentang peristiwa turunnya air hujan yang membasahi bumi berdasarkan Al Quran (Tafsir Al Jalalain)

Mumpung masih musim penghujan, alangkah lebih indah jika kita mencoba memikirkan salah satu fenomena alam ciptaan Allah berupa air hujan. Dimana ternyata pada kenyataannya terjadi ketidaksesuaian antara Ilmu Sains dengan Fakta Alam menurut Al Quran.


Hujan menurut ilmu Sains (Geografi dan Hidrologi) merupakan peristiwa proses perpindahan air (siklus air) melalui fenomena cuaca berwujud presipitasi.



Siklus Hidrologi

Proses hujan dimulai dari penguapan air (evaporasi) dari permukaan laut, sungai, danau, air tanah dan tumbuh-tumbuhan yang disebabkan oleh panasnya sinar matahari. Kemudian uap air yang terangkat ke atmosfer mengalami kondensasasi. 
Uap air berubah menjadi embun (titik-titik air) karena suhu di sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun air. Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin banyak dan memadat lalu membentuk menjadi awan hujan. Adanya perbedaan tekanan udara di langit menyebabkan pergerakan udara atau yang biasa kita kenal dengan angin. Angin menggerakan awan yang membawa butir-butir air menuju tempat dengan suhu yang lebih rendah. Awan-awan yang terkumpul bergabung menjadi awan besar yang berwarna kelabu. Ketika kondisi awan sudah jenuh atau dengan kata lain sudah nggak sanggup menampung air lagi. Kedua adalah karena butir-butir air tertarik oleh adanya gaya gravitasi. Oleh karena itu butir-butir air jatuh menjadi hujan.

Begitulah proses terjadinya hujan yang selama ini telah kita pelajari  yaitu sebuah Proses Hodrologi


Lalu apakah hal tersebut sesuai dengan Fakta Alam dan Petunjuk tentang Penciptaan yang ada di dalam Al Quran?



Jika kita mencoba Iqro dan berfikir, maka akan diketahui jika hal tersebut ternyata bertentangan dengan petunjuk yang ada di dalam Al Quran.

Hujan tercipta dari air yang turun dari celah-celah langit sesuai kehendak-Nya.
Begitulah kekuasaan الله
Air yang lewat celah langit bukanlah seperti materi air yang seperti kita ketahui (peristiwa ghaib). Kemudian awan berfungsi sebagai penampung air tersebut hingga turunlah hujan melalui awan-awan tersebut sesuai kehendak-Nya.


Kesalahan Teori Hujan

Di dalam Al Quran sudah sangat jelas tentang sebab-musabab dan manfaat diturunkannya hujan. Jadi bukanlah terjadi karena Siklus Hidrologi seperti yang sudah kita pelajari.

Allah SWT berfirman:



الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَ رْضَ فِرَا شًا وَّا لسَّمَآءَ بِنَآءً ۖ وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَ خْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّـكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَا دًا وَّاَنْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ
allazii ja'ala lakumul-ardho firoosyaw was-samaaa`a binaaa`aw wa anzala minas-samaaa`i maaa`an fa akhroja bihii minas-samarooti rizqol lakum, fa laa taj'aluu lillaahi andaadaw wa antum ta'lamuun

"(Dialah yang telah menjadikan) menciptakan (bagimu bumi sebagai hamparan), yakni hamparan yang tidak begitu keras dan tidak pula begitu lunak sehingga tidak mungkin didiami secara tetap (dan langit sebagai naungan) sebagai atap (dan diturunkan-Nya dari langit air hujan lalu dikeluarkan-Nya daripadanya) maksudnya bermacam (buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu) buat kamu makan dan kamu berikan rumputnya pada binatang ternakmu (maka janganlah kamu adakan sekutu-sekutu bagi Allah), artinya serikat-serikat-Nya dalam pengabdian (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah pencipta, sedangkan mereka itu tidak dapat menciptakan apa-apa, maka tidaklah layak disebut dan dikatakan tuhan."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 22)

Allah SWT berfirman:



وَهُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً ۚ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖ نَبَا تَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَ خْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَا كِبًا ۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَا نٌ دَا نِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ مِّنْ اَعْنَا بٍ وَّا لزَّيْتُوْنَ وَا لرُّمَّا نَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَا بِهٍ ۗ اُنْظُرُوْۤا اِلٰى ثَمَرِهٖۤ اِذَاۤ اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰ لِكُمْ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
wa huwallaziii anzala minas-samaaa`i maaa`aa, fa akhrojnaa bihii nabaata kulli syai`in fa akhrojnaa min-hu khodhiron nukhriju min-hu habbam mutarookibaa, wa minan-nakhli min thol'ihaa qinwaanun daaniyatuw wa jannaatim min a'naabiw waz-zaituuna war-rummaana musytabihaw wa ghoiro mutasyaabih, unzhuruuu ilaa samarihiii izaaa asmaro wa yan'ih, inna fii zaalikum la`aayaatil liqoumiy yu`minuun

"(Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi pembicara (dengan air itu) yakni dengan air hujan itu (segala macam tumbuh-tumbuhan) yang dapat tumbuh (maka Kami keluarkan darinya) dari tumbuh-tumbuhan itu sesuatu (tanaman yang hijau) yang menghijau (Kami keluarkan darinya) dari tanaman yang menghijau itu (butir yang banyak) yang satu sama lainnya bersusun seperti bulir-bulir gandum dan sejenisnya (dan dari pohon kurma) menjadi khabar dan dijadikan sebagai mubdal minhu (yaitu dari mayangnya) yaitu dari pucuk pohonnya; dan mubtadanya ialah (keluar tangkai-tangkainya) tunas-tunas buahnya (yang mengurai) saling berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya (dan) Kami tumbuhkan berkat air hujan itu (kebun-kebun) tanaman-tanaman (anggur, zaitun dan delima yang serupa) dedaunannya; menjadi hal (dan yang tidak serupa) buahnya (perhatikanlah) hai orang-orang yang diajak bicara dengan perhatian yang disertai pemikiran dan pertimbangan (buahnya) dengan dibaca fathah huruf tsa dan huruf mimnya, atau dibaca dhammah keduanya sebagai kata jamak dari tsamrah; perihalnya sama dengan kata syajaratun jamaknya syajarun, dan khasyabatun jamaknya khasyabun (di waktu pohonnya berbuah) pada awal munculnya buah; bagaimana keadaannya? (dan) kepada (kematangannya) artinya kemasakannya, yaitu apabila telah masak; bagaimana keadaannya. (Sesungguhnya yang demikian itu ada tanda-tanda) yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah swt. dalam menghidupkan kembali yang telah mati dan lain sebagainya (bagi orang-orang yang beriman) mereka disebut secara khusus sebab hanya merekalah yang dapat memanfaatkan hal ini untuk keimanan mereka, berbeda dengan orang-orang kafir."

(QS. Al-An'am 6: Ayat 99)

Allah SWT berfirman:



وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَقَلَّتْ سَحَا بًا ثِقَا لًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَ نْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ ۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
wa huwallazii yursilur-riyaaha busyrom baina yadai rohmatih, hattaaa izaaa aqollat sahaaban siqoolan suqnaahu libaladim mayyitin fa anzalnaa bihil-maaa`a fa akhrojnaa bihii ming kullis-samaroot, kazaalika nukhrijul-mautaa la'allakum tazakkaruun

"(Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni terpencar-pencar sebelum datangnya hujan. Menurut suatu qiraat dibaca dengan takhfif, yaitu syin disukunkan; dan menurut qiraat lainnya dengan disukunkan syinnya kemudian memakai nun yang difatahkan sebagai mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dengan disukunkan syinnya kemudian didamahkan huruf sebelumnya sebagai pengganti dari nun, yakni mubsyiran. Bentuk tunggal (dari yang pertama ialah nusyuurun seperti lafal rasuulun, sedangkan bentuk tunggal yang kedua ialah basyiirun (sehingga apabila angin itu membawa) maksudnya meniupkan (mendung yang tebal) yaitu hujan (Kami halau mendung itu) mega yang mengandung air hujan itu. Di dalam lafal ini terkandung makna iltifat `anil ghaibiyyah (ke suatu daerah yang tandus) daerah yang tidak ada tetumbuhannya guna menyuburkannya (lalu Kami turunkan di daerah itu) di kawasan tersebut (hujan, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah) cara pengeluaran itulah (Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati) dari kuburan mereka dengan menghidupkan mereka kembali (mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran) kemudian kamu mau beriman."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 57)

Allah SWT berfirman:



اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَا سَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَ قْدَا مَ ۗ 
iz yughosysyiikumun-nu'aasa amanatam min-hu wa yunazzilu 'alaikum minas-samaaa`i maaa`al liyuthohhirokum bihii wa yuz-hiba 'angkum rijzasy-syaithooni wa liyarbitho 'alaa quluubikum wa yusabbita bihil-aqdaam

"(Ingatlah, ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteram) untuk menenteramkan hatimu dari rasa takut yang menimpa dirimu (daripada-Nya) Allah Yang Maha Tinggi (dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu) dari hadas dan jinabah itu (dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan) godaan setan dari dirimu yang mengatakan bahwasanya jika kamu berada dalam jalan kebenaran, niscaya kamu tidak akan kehausan lagi berhadas sedang kaum musyrikin berada dekat air (dan untuk menguatkan) mengokohkan (hatimu) dalam keyakinan dan kesabaran (dan memperteguh dengannya telapak kakimu) agar telapak kakimu berdiri tegar di padang pasir."

(QS. Al-Anfal 8: Ayat 11)

Allah SWT berfirman:



اِنَّمَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَآءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَا خْتَلَطَ بِهٖ نَبَا تُ الْاَ رْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّا سُ وَا لْاَ نْعَا مُ ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَخَذَتِ الْاَ رْضُ زُخْرُفَهَا وَا زَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَاۤ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَاۤ ۙ اَتٰٮهَاۤ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَا رًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَ نْ لَّمْ تَغْنَ بِا لْاَ مْسِ ۗ كَذٰلِكَ نُـفَصِّلُ الْاٰ يٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
innamaa masalul-hayaatid-dun-yaa kamaaa`in anzalnaahu minas-samaaa`i fakhtalatho bihii nabaatul-ardhi mimmaa ya`kulun-naasu wal-an'aam, hattaaa izaaa akhozatil-ardhu zukhrufahaa wazzayyanat wa zhonna ahluhaaa annahum qoodiruuna 'alaihaaa ataahaaa amrunaa lailan au nahaaron fa ja'alnaahaa hashiidang ka`al lam taghna bil-ams, kazaalika nufashshilul-aayaati liqoumiy yatafakkaruun

"(Sesungguhnya perumpamaan) gambaran (kehidupan duniawi itu adalah seperti air) hujan (yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah berkat air itu dengan suburnya) oleh sebab air itu (tanaman-tanaman bumi) sehingga sebagian di antaranya tampak bersatu dengan sebagian yang lain karena rimbunnya (di antaranya ada yang dimakan manusia) berupa biji jawawut, biji gandum dan lain sebagainya (dan binatang ternak) yaitu berupa rerumputan dan dedaunan. (Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya) menampakkan keindahannya berkat tumbuh-tumbuhannya (dan memakai pula perhiasannya) karena bunga-bungaannya. Asal kata wazzayyanat adalah tazayyanat, kemudian huruf ta diganti dengan huruf za, yang selanjutnya huruf za yang pengganti ini diidghamkan atau dimasukkan ke dalam huruf za asal, sehingga jadilah izzayyanat (dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya) mereka merasa pasti akan dapat memetik hasilnya (tiba-tiba datanglah kepadanya perkara Kami) kepastian atau azab Kami (di waktu malam hari atau siang, lalu Kami jadikan ia) yakni tanam-tanamannya (laksana tanam-tanaman yang sudah disabit) sudah dipanen dengan memakai sabit (seakan-akan) lafal ka-an adalah mukhaffafah dari lafal ka-anna, artinya seakan-akan ia (belum pernah tumbuh) belum pernah berujud (kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan) Kami terangkan (tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir)."

(QS. Yunus 10: Ayat 24)

Allah SWT berfirman:



قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصَا رَ وَ مَنْ يُّخْرِجُ الْحَـيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَـيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَ مْرَ ۗ فَسَيَـقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚ فَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
qul may yarzuqukum minas-samaaa`i wal-ardhi am may yamlikus-sam'a wal-abshooro wa may yukhrijul-hayya minal-mayyiti wa yukhrijul-mayyita minal-hayyi wa may yudabbirul-amr, fa sayaquuluunalloh, fa qul a fa laa tattaquun

"(Katakanlah,) kepada mereka (Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit) yaitu melalui hujan (dan bumi) yaitu melalui tumbuh-tumbuhan (atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran) lafal as-sam`u di sini bermakna al-asma`; artinya yang menciptakan pendengaran (dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?) di antara makhluk semuanya. (Maka mereka katakan,) bahwa Dia (Allah. Maka katakanlah,) kepada mereka (Mengapa kalian tidak bertakwa.) kepada-Nya, oleh sebab itu berimanlah kalian."

(QS. Yunus 10: Ayat 31)

Allah SWT berfirman:



وَقِيْلَ يٰۤاَ رْضُ ابْلَعِيْ مَآءَكِ وَيٰسَمَآءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَآءُ وَقُضِيَ الْاَ مْرُ وَا سْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّـلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
wa qiila yaaa ardhubla'ii maaa`aki wa yaa samaaa`u aqli'ii wa ghiidhol-maaa`u wa qudhiyal-amru wastawat 'alal-juudiyyi wa qiila bu'dal lil-qoumizh-zhoolimiin

"(Dan difirmankan, Hai bumi! Telanlah airmu) yang bersumberkan darimu, maka langsung bumi menelan airnya akan tetapi yang turun dari langit masih tetap, sehingga jadilah sungai-sungai dan laut-laut (dan hai hujan berhentilah.) hentikanlah air hujanmu, maka seketika itu juga hujan berhenti (dan surutlah) berkuranglah (air itu hingga selesailah perintah Allah) kaum Nabi Nuh telah selesai dibinasakan (dan bahtera itu berlabuh) bahtera Nabi Nuh berhenti (di atas bukit Al-Judi) nama sebuah bukit yang terletak di suatu pulau dekat dengan negeri Maushul (dan dikatakan, Binasalah) hancurlah (orang-orang yang zalim.) yaitu orang-orang yang kafir."

(QS. Hud 11: Ayat 44)

Allah SWT berfirman:



اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ وَاَ نْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَ خْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّـكُمْ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الْـفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى الْبَحْرِ بِاَ مْرِهٖ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الْاَ نْهٰرَ ۚ 
allohullazii kholaqos-samaawaati wal-ardho wa anzala minas-samaaa`i maaa`an fa akhroja bihii minas-samarooti rizqol lakum, wa sakhkhoro lakumul-fulka litajriya fil-bahri bi`amrih, wasakhkhoro lakumul-an-haar

"(Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untuk kalian dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian) yang dimaksud adalah perahu (supaya bahtera itu berlayar di lautan) sehingga kalian dapat menaikinya dan memuat barang-barang di atasnya (dengan kehendak-Nya) dengan seizin-Nya (dan Dia telah menundukkan pula bagi kalian sungai-sungai.)"

(QS. Ibrahim 14: Ayat 32)

Allah SWT berfirman:



وَاَ رْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَا قِحَ فَاَ نْزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَ سْقَيْنٰكُمُوْهُ ۚ وَمَاۤ اَنْتُمْ لَهٗ بِخٰزِنِيْنَ
wa arsalnar-riyaaha lawaaqiha fa anzalnaa minas-samaaa`i maaa`an fa asqoinaakumuuh, wa maaa antum lahuu bikhooziniin

"(Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengumpulkan awan) menggiring mendung sehingga terkumpul lalu penuh dengan air (lalu Kami turunkan dari langit) dari mendung itu (air) air hujan (kemudian Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kalian yang menyimpannya) artinya, bukanlah kalian yang menyimpannya dengan upaya tangan kalian."

(QS. Al-Hijr 15: Ayat 22)

Allah SWT berfirman:



هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً لَّـكُمْ مِّنْهُ شَرَا بٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ
huwallaziii anzala minas-samaaa`i maaa`al lakum min-hu syaroobuw wa min-hu syajarun fiihi tusiimuun

"(Dialah Yang telah menurunkan air hujan itu dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman) untuk kalian minum (dan sebagiannya menjadi tumbuh-tumbuhan) maksudnya oleh sebab air itu menjadi suburlah tumbuh-tumbuhan (yang pada tempat tumbuhnya kalian menggembalakan ternak kalian) kalian jadikan sebagai tempat menggembalakan ternak."

(QS. An-Nahl 16: Ayat 10)

Allah SWT berfirman:



وَا للّٰهُ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَ حْيَا بِهِ الْاَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
wallohu anzala minas-samaaa`i maaa`an fa ahyaa bihil-ardho ba'da mautihaa, inna fii zaalika la`aayatal liqoumiy yasma'uun

"(Dan Allah menurunkan dari langit air hujan dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi) dengan tumbuh-tumbuhan (sesudah matinya) dimaksud sesudah mengalami kekeringan. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) dalam hal yang telah disebutkan itu (benar benar terdapat tanda) yang menunjukkan adanya hari berbangkit (bagi orang-orang yang mendengarkan) dengan pendengaran dibarengi dengan pemikiran."

(QS. An-Nahl 16: Ayat 65)

Allah SWT berfirman:



وَا ضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَآءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَا خْتَلَطَ بِهٖ نَبَا تُ الْاَ رْضِ فَاَ صْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا
wadhrib lahum masalal-hayaatid-dun-yaa kamaaa`in anzalnaahu minas-samaaa`i fakhtalatho bihii nabaatul-ardhi fa ashbaha hasyiiman tazruuhur-riyaah, wa kaanallohu 'alaa kulli syai`im muqtadiroo

"(Dan berilah) jadikanlah (buat mereka) buat kaummu (suatu perumpamaan tentang kehidupan dunia ini) menjadi Maf'ul Awwal (adalah sebagai air hujan) menjadi Maf'ul Tsani (yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya) menjadi tumbuh subur disebabkannya (tumbuh-tumbuhan di muka bumi) atau air hujan itu bercampur dengan tumbuh-tumbuhan, hingga tumbuh-tumbuhan itu menjadi segar dan tumbuh dengan suburnya (kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi) (kering) layu dan bagian-bagiannya menjadi belah (yang diterbangkan) ditiup menjadi berantakan (oleh angin) sehingga tidak ada gunanya lagi. Makna ayat ini menyerupakan duniawi dengan tumbuh-tumbuhan yang subur, kemudian menjadi kering dan dipecahkan serta dihamburkan beterbangan oleh angin. Menurut suatu qiraat lafal Ar-Riyaah dibaca Ar-Riih (Dan adalah Allah berkuasa atas segala sesuatu) yakni Maha Kuasa."

(QS. Al-Kahf 18: Ayat 45)

Allah SWT berfirman:



الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَ رْضَ مَهْدًا وَّسَلَكَ لَـكُمْ فِيْهَا سُبُلًا وَّ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً ۗ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖۤ اَزْوَا جًا مِّنْ نَّبَا تٍ شَتّٰى
allazii ja'ala lakumul-ardho mahdaw wa salaka lakum fiihaa subulaw wa anzala minas-samaaa`i maaa`aa, fa akhrojnaa bihiii azwaajam min nabaatin syattaa

"Dia (yang telah menjadikan bagi kalian) di antara sekian banyak makhluk-Nya (bumi sebagai hamparan) tempat berpijak (dan Dia memudahkan) mempermudah (bagi kalian di bumi itu jalan-jalan) tempat-tempat untuk berjalan (dan Dia menurunkan dari langit air hujan) yakni merupakan hujan. Allah berfirman menggambarkan apa yang telah disebutkan-Nya itu sebagai nikmat dari-Nya, kepada Nabi Musa dan dianggap sebagai khithab untuk penduduk Mekah. (Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis) bermacam-macam (tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam). Lafal Syattaa ini menjadi kata sifat daripada lafal Azwaajan, maksudnya, yang berbeda-beda warna dan rasa serta lain-lainnya. Lafal syattaa ini adalah bentuk jamak dari lafal Syatiitun, wazannya sama dengan lafal Mardhaa sebagai jamak dari lafal Mariidhun. Ia berasal dari kata kerja Syatta artinya Tafarraqa atau berbeda-beda."

(QS. Ta-Ha 20: Ayat 53)

Allah SWT berfirman:



اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ كَا نَـتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا ۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
a wa lam yarollaziina kafaruuu annas-samaawaati wal-ardho kaanataa rotqon fa fataqnaahumaa, wa ja'alnaa minal-maaa`i kulla syai`in hayy, a fa laa yu`minuun

"(Apakah tidak) dapat dibaca Awalam atau Alam (melihat) mengetahui (orang-orang yang kafir itu, bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu merupakan suatu yang padu) bersatu (kemudian Kami pisahkan) Kami jadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya. (Dan daripada air Kami jadikan) air yang turun dari langit dan yang keluar dari mata air di bumi (segala sesuatu yang hidup) tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya, maksudnya airlah penyebab bagi kehidupannya. (Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?) kepada keesaan-Ku."

(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 30)

Allah SWT berfirman:



اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً ۖ فَتُصْبِحُ الْاَ رْضُ مُخْضَرَّة ً ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ ۚ 
a lam taro annalloha anzala minas-samaaa`i maaa`an fa tushbihul-ardhu mukhdhorroh, innalloha lathiifun khobiir

"(Apakah kamu tiada melihat) tidak mengetahui (bahwasanya Allah menurunkan air dari langit) yakni hujan (lalu jadilah bumi itu hijau?) disebabkan adanya tumbuh-tumbuhan sesudah itu, hal ini merupakan bukti bagi kekuasaan Allah. (Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Lembut) terhadap hamba-hamba-Nya, karena itu Dia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan air hujan itu (lagi Maha Waspada) terhadap apa yang ada dalam hati mereka, di kala hujan datang terlambat."

(QS. Al-Hajj 22: Ayat 63)

Allah SWT berfirman:



اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَا بًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَا مًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖ ۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مِنْ جِبَا لٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُـصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَآءُ وَ يَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَآءُ  ۗ يَكَا دُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِا لْاَ بْصَا رِ ۗ 
a lam taro annalloha yuzjii sahaaban summa yu`allifu bainahuu summa yaj'aluhuu rukaaman fa tarol-wadqo yakhruju min khilaalih, wa yunazzilu minas-samaaa`i min jibaalin fiihaa mim barodin fa yushiibu bihii may yasyaaa`u wa yashrifuhuu 'am may yasyaaa`, yakaadu sanaa barqihii yaz-habu bil-abshoor

"(Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan) menggiringnya secara lembut (kemudian mengumpulkan antara bagian-bagiannya) dengan menghimpun sebagiannya dengan sebagian yang lain, sehingga yang tadinya tersebar kini menjadi satu kumpulan (kemudian menjadikannya bertindih-tindih) yakni sebagiannya di atas sebagian yang lain (maka kelihatanlah olehmu air) hujan (keluar dari celah-celahnya) yakni melalui celah-celahnya (dan Allah juga menurunkan dari langit). Huruf Min yang kedua ini berfungsi menjadi Shilah atau kata penghubung (yakni dari gunung-gunung yang menjulang padanya) menjulang ke langit; Min Jibaalin menjadi Badal daripada lafal Minas Samaa-i dengan mengulangi huruf Jarrnya (berupa es) sebagiannya terdiri dari es (maka ditimpakannya es tersebut kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Hampir-hampir) hampir saja (kilauan kilat awan itu) yakni cahayanya yang berkilauan (menghilangkan penglihatan) mata yang memandangnya, karena silau olehnya."

(QS. An-Nur 24: Ayat 43)

Allah SWT berfirman:



وَلَـقَدْ صَرَّفْنٰهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوْا ۖ فَاَ بٰۤى اَكْثَرُ النَّا سِ اِلَّا كُفُوْرًا
wa laqod shorrofnaahu bainahum liyazzakkaruu  fa abaaa aksarun-naasi illaa kufuuroo

"(Dan sesungguhnya Kami telah menggilirnya) yakni air hujan itu (di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya) Yadzdzakkaruu asalnya Yatadzakkaruu, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Dzal setelah terlebih dahulu diganti menjadi Dzal pula, sehingga jadilah Yadzdzakkaruu. Menurut suatu qiraat dibaca Liyadzkuruu, sehingga artinya menjadi: supaya mereka ingat akan nikmat Allah dengan adanya air tersebut (maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari) nikmat Allah, karena mereka mengatakan bahwa hujan kita ini disebabkan munculnya bintang anu."

(QS. Al-Furqan 25: Ayat 50)

Allah SWT berfirman:



اَمَّنْ يَّهْدِيْكُمْ فِيْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَمَنْ يُّرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ تَعٰلَى اللّٰهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ۗ 
am may yahdiikum fii zhulumaatil-barri wal-bahri wa may yursilur-riyaaha busyrom baina yadai rohmatih, a ilaahum ma'alloh, ta'aalallohu 'ammaa yusyrikuun

"(Atau siapakah yang memimpin kalian) yakni yang membimbing kalian kepada tujuan-tujuan kalian (dalam kegelapan di daratan dan lautan) dengan bintang-bintang sebagai pemandunya di waktu tengah malam dan dengan tanda-tanda yang ada di daratan di waktu siang hari (dan siapa pulakah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) sebelum hujan tiba (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan) dengan-Nya."

(QS. An-Naml 27: Ayat 63)

Allah SWT berfirman:



وَمِنْ اٰيٰتِهٖ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَيُحْيٖ بِهِ الْاَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا  ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
wa min aayaatihii yuriikumul-barqo khoufaw wa thoma'aw wa yunazzilu minas-samaaa`i maaa`an fa yuhyii bihil-ardho ba'da mautihaa, inna fii zaalika la`aayaatil liqoumiy ya'qiluun

"(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia mempersaksikan kepada kalian (kilat untuk menimbulkan ketakutan) bagi orang yang melakukan perjalanan karena takut disambar petir (dan harapan) bagi orang yang bermukim akan turunnya hujan (dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya) Dia mengembangkannya dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi (benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu bagi mereka yang berpikir."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 24)

Allah SWT berfirman:



اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَا بًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَآءِ كَيْفَ يَشَآءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖ ۚ فَاِ ذَاۤ اَصَا بَ بِهٖ مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖۤ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ ۚ 
allohullazii yursilur-riyaaha fa tusiiru sahaaban fa yabsuthuhuu fis-samaaa`i kaifa yasyaaa`u wa yaj'aluhuu kisafan fa tarol-wadqo yakhruju min khilaalih, fa izaaa ashooba bihii may yasyaaa`u min 'ibaadihiii izaa hum yastabsyiruun

"(Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan) mengaraknya (dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya) makanya awan itu ada yang tipis dan ada yang tebal (dan menjadikannya bergumpal-gumpal) berkelompok-kelompok dan berpencar-pencar; dapat dibaca kisafan atau kisfan (lalu kamu lihat air) hujan (keluar dari celah-celahnya) dari celah-celah awan yang tebal itu (maka apabila hujan itu turun) (mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira) mereka bergembira dengan turunnya hujan itu."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 48)

Allah SWT berfirman:



اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَسُوْقُ الْمَآءَ اِلَى الْاَ رْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهٖ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ اَنْعَا مُهُمْ وَاَ نْفُسُهُمْ ۗ اَفَلَا يُبْصِرُوْنَ
a wa lam yarou annaa nasuuqul-maaa`a ilal-ardhil-juruzi fa nukhriju bihii zar'an ta`kulu min-hu an'aamuhum wa anfusuhum, a fa laa yubshiruun

"(Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau awan yang mengandung air ke bumi yang tandus) yakni bumi yang tidak ada tumbuh-tumbuhan padanya (lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya dapat makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?) hal tersebut sehingga menuntun mereka untuk mengetahui, bahwa Kami mampu untuk mengembalikan mereka hidup kembali sesudah mereka mati nanti."

(QS. As-Sajdah 32: Ayat 27)

Allah SWT berfirman:



مَا يَفْتَحِ اللّٰهُ لِلنَّا سِ مِنْ رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا   ۚ وَمَا يُمْسِكْ  ۙ فَلَا مُرْسِلَ لَهٗ مِنْۢ بَعْدِه   ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
maa yaftahillaahu lin-naasi mir rohmatin fa laa mumsika lahaa, wa maa yumsik fa laa mursila lahuu mim ba'dih, wa huwal-'aziizul-hakiim

"(Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat) seperti rezeki dan hujan (maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah) dari hal-hal tersebut (maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu) sesudah Allah menahannya. (Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang atas perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya."

(QS. Fatir 35: Ayat 2)

Allah SWT berfirman:



اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً   ۚ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَا نُهَا ۗ وَمِنَ الْجِبَا لِ جُدَدٌ بِۢيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَا نُهَا وَغَرَا بِيْبُ سُوْدٌ
a lam taro annalloha anzala minas-samaaa`i maaa`aa, fa akhrojnaa bihii samarootim mukhtalifan alwaanuhaa, wa minal-jibaali judadum biidhuw wa humrum mukhtalifun alwaanuhaa wa ghoroobiibu suud

"(Tidakkah kamu melihat) mengetahui (bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan) di dalam ungkapan ayat ini terkandung Iltifat dari dhamir Gaib (dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya) ada yang berwarna hijau, merah dan kuning dan warna-warna lainnya. (Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis) Judadun adalah bentuk jamak dari lafal Juddatun, artinya jalan yang terdapat di gunung dan lainnya (putih, merah) dan kuning (yang beraneka macam warnanya) ada yang tua dan ada yang muda (dan ada -pula yang hitam pekat) di'athafkan kepada lafal Judadun, artinya ialah batu-batu yang besar yang hitam pekat warnanya. Dikatakan Aswadu Gharbiibu, hitam pekat; tetapi sangat sedikit dikatakan Gharabiibu Aswadu."

(QS. Fatir 35: Ayat 27)

Allah SWT berfirman:



هُوَ الَّذِيْ يُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ وَيُنَزِّلُ لَـكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ رِزْقًا ۗ وَمَا يَتَذَكَّرُ اِلَّا مَنْ يُّنِيْبُ
huwallazii yuriikum aayaatihii wa yunazzilu lakum minas-samaaa`i rizqoo, wa maa yatazakkaru illaa may yuniib

"(Dialah yang memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Nya) yang menunjukkan akan keesaan-Nya (dan menurunkan untuk kalian rezeki dari langit) berupa hujan. (Dan tiadalah mendapat pelajaran) yakni mengambil nasihat (kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah) dari kemusyrikan."

(QS. Ghafir 40: Ayat 13)

Allah SWT berfirman:



وَا لَّذِيْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِۢقَدَرٍ ۚ فَاَ نْشَرْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًا  ۚ كَذٰلِكَ تُخْرَجُوْنَ
wallazii nazzala minas-samaaa`i maaa`am biqodar, fa ansyarnaa bihii baldatam maitaa, kazaalika tukhrojuun

"(Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang disertai dengan angin topan (lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali."

(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 11)

Allah SWT berfirman:



وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ وَمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَآءِ مِنْ رِّزْقٍ فَاَ حْيَا بِهِ الْاَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ تَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ اٰيٰتٌ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
wakhtilaafil-laili wan-nahaari wa maaa anzalallohu minas-samaaa`i mir rizqin fa ahyaa bihil-ardho ba'da mautihaa wa tashriifir-riyaahi aayaatul liqoumiy ya'qiluun

"(Dan) pada (pergantian malam dan siang) yaitu datang dan perginya kedua waktu itu (dan rezeki yang diturunkan Allah dari langit) berupa hujan, dikatakan rezeki karena hujan itu merupakan penyebab rezeki (lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya, dan pada pertukaran angin) atau pergantiannya, terkadang bertiup ke arah selatan, terkadang bertiup ke arah utara, terkadang datang membawa udara dingin, dan terkadang datang membawa udara panas (terdapat tanda-tanda pula bagi kaum yang berakal) yaitu tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah, karenanya mereka beriman."

(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 5)

Allah SWT berfirman:



فَا لْحٰمِلٰتِ وِقْرًا ۙ 
fal-haamilaati wiqroo

"(Dan demi awan yang mengandung) awan yang membawa air (hujan) yakni beban berupa air hujan, berkedudukan menjadi Maf'ul dari lafal Al Haamiaat."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 2)

Allah SWT berfirman:



فَا لْمُقَسِّمٰتِ اَمْرًا ۙ 
fal-muqossimaati amroo

"(Dan demi yang membagi-bagi urusan) demi malaikat-malaikat yang membagi-bagi rezeki, hujan dan lain-lainnya ke berbagai negeri dan kepada semua hamba-hamba Allah."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 4)

Allah SWT berfirman:



وَفِى السَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ
wa fis-samaaa`i rizqukum wa maa tuu'aduun

"(Dan di langit terdapat rezeki kalian) yaitu hujan yang menyebabkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan sebagai rezeki (dan terdapat pula apa yang dijanjikan kepada kalian) yakni tempat kembali, pahala, dan siksaan. Catatan mengenai hal tersebut terdapat di langit."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 22)

Allah SWT berfirman:



وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ
wa taj'aluuna rizqokum annakum tukazzibuun

"(Kalian menjadikan rezeki yang diberikan kepada kalian) yaitu berupa air hujan; kalian membalasnya (dengan mendustakan) rezeki yang diberikan Allah kepada kalian berupa air hujan itu karena kalian telah mengatakan, Kami di beri hujan oleh bintang anu."

(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 82)

Allah SWT berfirman:



اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗ ۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ
am man haazallazii yarzuqukum in amsaka rizqoh, bal lajjuu fii 'utuwwiw wa nufuur

"(Atau siapakah dia yang memberi kalian rezeki jika Dia menahan) yakni Allah Yang Maha Penyayang menahan (rezeki-Nya) yakni hujan-Nya terhadap kalian. Jawab syaratnya tidak disebutkan, karena dapat disimpulkan dari kalimat sebelumnya. Lengkapnya, siapakah yang dapat memberi kalian rezeki? Tentu tiada seorang pun yang dapat memberikan rezeki kepada kalian selain-Nya. (Tetapi mereka terus-menerus) berkelanjutan (di dalam kesombongan) dalam kesombongannya (dan menjauhkan diri) dari kebenaran."

(QS. Al-Mulk 67: Ayat 21)

Allah SWT berfirman:



وَّا لنّٰشِرٰتِ نَشْرًا ۙ 
wan-naasyirooti nasyroo

"(Dan demi angin yang menyebarkan rahmat) yaitu angin yang menyebarkan hujan."

(QS. Al-Mursalat 77: Ayat 3)

Jadi bagaimana menurut pemahaman anda?


♡♡♡♡♡Wallahualam Bishawab♡♡♡♡♡

Komentar